Mungkin yang membuat kami memposting ini adalah keunikan dari peristiwa di
bawah ini, pahami secara seksama.
” kisah perjalanan dua saudara kembar yang
berpisah. Salah seorang dari saudara kembar (A) tersebut tinggal di Bumi dan
saudara kembar lainnya (si traveler(B)) terbang keluar angkasa kesebuah planet
di tata surya yang jauh dengan kecepatan cahaya dan kembali kebumi dengan
kecepatan yang sama. Setelah mereka bertemu kembali dibumi mereka menemukan
fakta bahwa umur si kembar yang mengadakan perjalanan (si traveler) lebih muda
daripada umur saudaranya (A) yang tetap tinggal dibumi, disebabkan si traveler
mengalami phenomenon time dilation atau fenomena dilatasi waktu dalam
perjalanannya.”
Dari cerita tersebut bisa di gambarkan seperti ini,
Dari kisah tersebut yang membuat dan menyebabkan perbedaan umur adalah karena
kerangka acuannya, kerangka acuan yang berbeda dan pergerakan yang berbedan,
akan mempengaruhi semua keadaanya, ya salah satunya adalah perbedaan umur,
bahkan detak jantung seseorang bisa melambat.
Lalu apa hubungannya dengan kerangka acuan, apa yang di maksud krangka acuan ?,
ya perbedaannya karena pergerakannya, jadi masudnya adalah kecepatan dari
krangka acuannya, di sini bisa di katakan krangka acuan itu adalah tempat yang
iya duduki, seperti cerita di atas, si A menduduki di bumi (kerangka acuan
bumi), sedangkan si B berada krangka acuan yang bergerak ( roket misalnya ).
Menurut teori relativitas albert enstein, kerangka acuan/kendaraan yang
mendekati kecepatan cahaya akan mengalami peruahan waktu, waktu tersebut yang
berada di dalam krangka acuan kendaraan akan melambat sedangkan di bumi waktu
terasa normal, hal itu biasa di sebut dilatasi
waktu.
Kami memiliki sebuah kisah lagi, mungkin ini akan mudah di pahami,
“ ada
seorang astronot yang meluncur pergi ke luar angkasa mengunakan roket yang
berkecepatan hampir mendekati kecepatan cahaya. Setelah keluar dari atmosfer
bumi dan merasakan tidak adanya gravitasi lagi, roket itu berhenti meluncur dan
berdiam diri di sana, menurut seorang astronot, dia menghabiskan waktu di luar
angkasa selama satu jam lamanya, setelah itu astronot balik lagi ke bumi dengan
kecepatan yang sama, keanehan pun terjadi ketika seorang astronot turun ke
bumi, maka bumi sudah menghabiskan waktu kurang lebih satu hari, seorang
astronot itupun bertanya kepada orang – orang bumi, dan benar ternyata sudah
melewati satu hari di bumi, astronot pun terheran mengapa demikian, padahal
seorang astronot merasa bahwa dia pergi hanya dalam waktu satu jam, tapi di
perubahan bumi hingga menjadi satu hari.”
Dapat di pahami bahwa keadaan tersebut, hampir sama seperti kisah di atasnya,
para ilmuan menyatakan bahwa hal ini kita bisa pergi ke masa depan, kalau kami
pikir jika kita pergi ke luar angkasa dengan kendaraan yang berkecepatan
menghampiri kecepatan cahaya dalam waktu 1 – 5 tahun maka bumi akan semakin
tua. Hehehehehe, misal kami pergi ke luar angkasa pada tahun 2016 dan kami
pergi selama 5 tahun ( menurut kami yang sedang keluar angkasa ), maka jika
kami kembali lagi ke bumi, mungkin bumi tahunnya menjadi 2100, agan – agan yang
seumuran sudah tiada lagi, hehehehehe.
albert
Einstein mengemukakan rumus dari dilatasi waktu tersebut. Hubungan antara waktu (baik waktu
pengamatan pada saat diam ataupun waktu pada saat bergerak), kecepatan cahaya
dan juga kecepatan benda bergerak adalah sebagai berikut, lihat secara sesama
rumus di bawah ini :
dimana t’ waktu
pada benda diam, sedangkan t adalah waktu pada benda bergerak, v adalah kecepatan benda
bergerak, sedangkan c adalah kecepatan cahaya yaitu: 3 x 108 m/s atau 1.080.000.000 km/jam.
Sekarang kita ambil
contoh misalkan kita bergerak dengan mobil kita terus menerus selama 100 tahun
(misalkan! :D ) dengan kecepatan 100 km/jam. Mula-mula kita
konversikan dulu kecepatan 100 km/jam menjadi 27.8 meter/detik. Bagi mereka
yang belum bi(a)sa mengkonversikan dari satuan km/jam menjad meter/detik,
caranya adalah sebagai berikut:
100 km/jam = 10000 m/3600 s = 27,8 m/s.
Lalu sesudah itu kita masukkan kecepatan
tersebut ke dalam rumus dilatasi waktu seperti di atas:
Dengan memakai kalkulator kita tentu dengan
mudah dapat menghitungnya. Kita dapat melihat di sini bahwa kalau kita bergerak
‘hanya’ dengan kecepatan 100 km/jam dalam waktu 100 tahun, maka waktu pada
benda diam dan waktu pada benda bergerak perbedaan sangat sangat sangat kecil
sekali, sehingga bisa diabaikan. Alias 100 tahun pada benda diam sama dengan
100 tahun pada benda yang bergerak secepat 100 km/jam. Nah, sekarang coba kalau
kita naik pesawat ruang angkasa dengan kecepatan 0,7 kali kecepatan cahaya
(0,7c) atau 0,7 X 1.080.000.000 km/jam = 756.000.000 km/jam. Kita masukkan ke
dalam rumus, maka:
Maka terlihat bahwa 100 tahun waktu di Bumi
sama dengan 71.4 tahun waktu di pesawat luar angkasa yang melakukan perjalanan
selama 100 tahun di Bumi. Sekarang kita coba masukkan kecepatan 0,8c, 0,9c,
0,95c, 0,99c, 0,999c ke dalam rumus di atas dan hasilnya:
0,8c ——->
= 60 tahun
0,9c ——->
= 43,6 tahun
0,95c ——>
= 31.2 tahun
0,99c ——>
= 14,1 tahun
0,999c —–>
= 4,48 tahun
Di atas kita melihat bahwa 100 tahun di Bumi
sama dengan 4,48 tahun (kira2 4 setengah tahun lah!) waktu di pesawat angkasa
yang bergerak dengan kecepatan 0,999c selama 100 tahun Bumi. Ini adalah setitik
harapan bagi kita yang ingin menjelajahi bintang-bintang di galaksi lain yang
jauhnya. Namun tentu saja ini bukan perkara yang mudah, selain kendala
teknologi juga untuk menerbangkan pesawat luar angkasa yang besar dengan
kecepatan 0,999c tentu memerlukan energi yang sangat sangat sangat besar,
seluruh cadangan energi organik yang ada di Bumi sekarang belum tentu bisa
menerbangkan pesawat luar angkasa ini sampai ke ujung galaksi, apalagi sampai
ke galaksi lain! Untuk itu perjalanan angkasa seperti ini nampaknya belum akan
terwujud dalam waktu dekat ini.
Nah apakah anda tertarik untuk mengarungi luar
angkasa dengan kecepatan 0,999c seperti ini agar ‘lebih awet muda’? ‘Awet muda’
di sini dalam tanda kutip karena memang andaikan kita mengarungi angkasa selama
4,5 tahun dengan pesawat angkasa tersebut (yang sama dengan 100 tahun di Bumi)
kita memang hanya merasakan 4,5 tahun seperti 4,5 tahun hidup normal di Bumi,
bukan merasakan 100 tahun di Bumi dengan badan tetap muda yang hanya bertambah
4,5 tahun! Bukan! Sekarang, andaikan kita kembali dari perjalanan ruang angkasa
kita (yang kita rasakan hanya 4,5 tahun) kembali ke Bumi, ternyata Bumi
telah berubah selama 100 tahun secara teknologi dan sosio-kultural. Kita merasa
sangat terasing di Bumi kita, kita melihat peralatan canggih dan teknologi yang
belum kita kenal pada saat kita berangkat dari Bumi. Peradaban dan
sosio-kultural juga mungkin sudah berubah banyak selama 100 tahun belakangan di
Bumi. Dan yang paling membuat kita sedih adalah orang-orang yang kita kenal dan
kita cintai mungkin sudah lama meninggalkan kita
Jadi maksudnya bahwa jika
seorang pria menjauhi kembarnya dekat dengan kecepatan cahaya, ketika ia
kembali (juga dekat dengan kecepatan cahaya) ia akan menemukan bahwa
kembarannya telah berusia lebih tua dari dia. Karena semua proses – kimia,
biologi, mekanik, dll – dibatasi oleh kecepatan cahaya, penuaan biologis
bepergian itu akan memperlambat seperti halnya jam kendaraan yang digunakannya
bepergian. ini sudah terbukti ?
Anda salah mengerti sepertinya. Proses kimia, biologi, dsb pada
orang di pesawat yang menjauhi kembarannya akan tetap berjalan seperti biasa.
umurnya juga 70-80 tahun. Tapi semua ini karenadiukur dari frame
of reference orang di pesawat itu. Tapi jika diukur dari frame
of referencekembarannya di bumi, maka waktu (dan semua proses) di pesawat
itu akan terlihat lebih lama. Demikian juga orang di pesawat itu akan melihat
waktu (dan semua proses) di tempat kembarannya berada, berjalan lebih lambat,
walaupun menurut (frame of reference) kembarannya, waktu
berjalan seperti biasa. Intinya semua tergantung frame of referencenya.
posted by kelas 11 ipa 3 :
- Anjang Khairudin
- Febria Enda Loita
- Gia Nopita
- Muhammad Aqila Abimanyu
- Muhammad Tomy Adam
- Mutiara Chairunisa
- Putri Rizkha F
- selly Adinda
- Silvya Febrianti
- Thalita Salsabila
Tidak ada komentar:
Posting Komentar